Entah kenapa hari ini aku ingat kamu.
Aku ingat kita dipertemukan karena aku takut anjing. Hari itu, karena ada tugas di kelas 1 SMA ku, aku ke rumah teman untuk meminjam catatan. Rumahnya ada di sebelah studio band. Menyusuri gang kecil dan melewati studio band, aku dengan santainya melenggang ke rumah temanku. Dan disanalah anjing itu berada. Duduk dengan cueknya didepan jalan masuk ke tempat yang kutuju. Tak mungkin aku bisa maju, pengalaman buruk dikejar anjing membuatku nyaris lumpuh di tempat. Aku mundur teratur, ingin terus maju tapi tak sanggup.
Dan kau ada disana, bertindak sebagai pahlawan yang tidak sengaja menyelamatkan aku. Kau keluar dari studio, membawa sampah makanan, dan hendak membuangnya ke tempat sampah yang ada persis di sebelah rumah yang kutuju. Memberanikan diriku, aku jalan mengikutimu, tepat dibelakangmu. Tanpa sadar karena panik, aku menyentuh pundakmu. Kau menoleh, melihat ekspresi horor di wajahku, dan nyaris tertawa.
"Mau kemana?"katamu.
Kujawab "Ke rumah itu." (sambil menunjuk rumah temanku).
"Oh, rumah R, sini kuanter, anjingnya ga galak kok." katamu.
Kau tau, walau pun mungkin waktu itu kau tak sengaja menolongku, tapi bagiku kau adalah my hero. Kau keren dimataku. Sejujurnya, aku sudah tertarik padamu saat itu juga. Saat kau membiarkan aku memegang kaos belakangmu dan menghentikan rintihan ketakutanku.
Seminggu setelahnya, aku mengembalikan catatan yang kupinjam. Dan sekali lagi, kau ada disana. Tampan seperti pertemuan pertama, layaknya dewa yang hanya bisa kudambakan. Kau duduk dengan santainya di rumah temanku. Well, hatiku sedikit hancur melihat kedekatan kalian. Kau tertawa dengan temanku. Tapi paling tidak, aku tahu namamu, nama penyelamatku. Kita pun pulang bersamaan, kau berjalan tepat di belakangku, menuju studio band dan aku terus pulang ke rumah.
Beberapa hari dari situ, temanku membicarakanmu. Perih benar hatiku. Kupikir kalian berpacaran. Tapi anehnya, temanku memintaku datang ke rumahnya hari itu. Aku datang, dan sekali lagi, kau ada disana. Kita mengobrol kecil, sejujurnya aku tak bisa bicara. Kau begitu tampan. Tersenyum seperti Won Bin, dan punya potongan rambut yang sama dengan Won bin di film Endless Love. Kupikir hidup ini sungguh tak adil. Aku fans sejati Won Bin, dan kau adalah Won Bin versi Palembangnya. Kau dekat, tapi tak mungkin bisa kuraih. Karena pikirku kau adala pacar temanku.
Kita sering bertemu, tak sengaja pikirku. Kau ada setiap hari Sabtu, duduk di tempat pos yang ada dekat sekolah. Bersama dengan temanku, kalian bercanda. Dan setiap aku lewat untuk pulang, kalian berdua memanggilku, mengajakku bercerita. Melihat kalian berdua, menghancurkan hatiku.
Obrolan kita membuatku menyimpulkan kau kelas 3 SMA. Well, sejujurnya kau cuma menjawab "Aku kelas 3". Dan karena badanmu yang tinggi dan telah berbentuk itu, aku berpikir kau kelas 3 SMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar