Sabtu, Desember 24, 2011

Iri ( Lupa Bersyukur )

Akhir-akhir ini, saya sering panas sendiri. Bukan karena gerah, tapi lebih tepatnya hati saya panas karena iri. Banyak hal yang saya yakin bisa saya lakukan. Misalnya, saya yakin saya lebih pintar dari orang lain, atau saya lebih perfect melakukan sesuatu dari orang lain. Karena anggapan inilah saya sering kali iri.

Ada dua hal yang akhir-akhir ini membuat saya iri:
1. Teman yang sekolah di luar negeri
Saya iri, karena ada beberapa teman, yang kalau boleh saya sombong, tidak lebih pintar secara akademis dari saya. Saya kenal betul mereka2 itu, tapi ternyata nasib akademis mereka lebih baik dari saya. Mereka S2 di LN, mendapat beasiswa, dan sebagainya. Tapi saya, masih disini, tertatih dan merangkak menyelesaikan kuliah saya.

2.Teman yang membuka usaha sendiri
Saya iri, dengan teman yang baru mulai kerja tapi sudah bisa membuka usaha sendiri walaupun usahanya baru jalan dan belum lancar sama sekali. Sedangkan saya, sudah dari tahun 2005 kerja, belum punya apa-apa.

Kalo dipikir lagi, mungkin saya kurang bersyukur. Saya bisa kuliah dengan kemampuan sendiri, dengan biaya sendiri, tak perlu campur tangan orang tua lagi. Saya yang sudah bisa makan gaji-hasil kerja keras- saya sendiri, tak perlu minta sokongan dana dari orang tua lagi.

Untunglah, iri saya ini bisa terbilang positif. Perasaan iri ini melecut saya untuk segera menyelesaikan kuliah dan mencari beasiswa S2. Perasaan iri ini memaksa saya untuk menabung supaya punya modal untuk buka usaha sendiri. Untunglah, saya tak pernah iri pada harta yang dimiliki orang. Untunglah iri saya, cuma sebatas ini. Semoga perasaan iri ini akan membawa saya ke arah sukses yang sesungguhnya. Amien.

1 komentar:

  1. Bener banget, sifat iri bisa dijadikan semangat agar bisa menjadi lebih baik. Tapi asal yang sewajarnya aja. Oh iya, salam kenal ya, follow me :)

    BalasHapus